Tab View

Selasa, 27 November 2012

Kekagumanku Pada Kesederhanaan

Saya pernah bertemu dengan orang yang menggunakan mobil mewah, tinggal di rumah elit dan selalu menggunakan busana bermerek. Ia mengajak saya makan di restoran mewah. Tapi, asal Anda tahu, ia tak mampu membayar hutang yang hanya Rp 40 juta. Ia mengajak makan di restoran pun karena hendak meminjam uang kepada saya.
Saya meminjaminya uang? Tidak. Dengan tegas saya katakan, “Jual mobilmu saja, gantilah dengan mobil yang lebih sederhana agar kamu bisa membayar hutangmu.”
“Hah! Menjual mobil, apa kata dunia?” jawabnya.
Rupanya ia memiliki banyak kekhawatiran bila hidupnya sederhana. Ia khawatir ditinggal mitra bisnisnya, tidak mendapat penghormatan dari orang lain dan sulit masuk pergaulan orang-orang elit. Menurut saya, orang yang seperti ini mempersulit hidupnya. Dalam jangka panjang justru dia akan kehilangan mitra bisnis dan penghormatan dari orang lain.
Sebenarnya hidup itu simpel. Sayang banyak yang membuatnya jadi rumit. Masalah yang solusinya sederhana dibuat ruwet agar telihat hebat. Semoga Anda tidak begitu. Karena, percayalah, hidup seperti itu hanya akan menyusahkan bahkan bisa menjerumuskan dan menghancurkan hidup Anda.
Coba bandingkan dengan kehidupan mas Saat, sahabat saya dari Wonosobo. Ketika bisnisnya BMT Tamzis membuka cabang di Jakarta, ia santai saja tidur di kantor bersama karyawan yang lain. Setiap Jumat sore pulang ke Wonosobo menggunakan bus.
Ia konsisten menjalankan prinsip bisnisnya: memindahkan perputaran uang di Jakarta ke Wonosobo, agar bisnis di kampung halamannya itu hidup. Sementara gaya hidupnya tetap sederhana, walau sudah “menjakarta”.
Sabtu, 30 Juni 2011, saya berkesempatan ke Wonosobo memberikan seminar dari buku ketiga saya: Tuhan Inilah Proposal Hidupku. Sahabat saya itu, walau bukan panitia, menyediakan waktu menjemput saya ke hotel untuk sarapan di kantornya.
Dari lantai 5 kantor yang kini sudah menjadi milik BMT Tamzis saya bisa melihat pemandangan indah kota Wonosobo. Ketika saya bertanya berapa aset BMT Tamzis, dia menjawab ringan “Ya, dua ratusan milyar, mas.”
Usai acara, saya dijamu lagi oleh mas Saat dan teman-teman BMT di Wonosobo. Dengan menggunakan mobil yang tidak jauh beda dengan lelaki yang punya hutang Rp 40 juta tadi saya diajak jalan-jalan sambil menikmati mie ongklok, makanan khas Wonosobo.
Kami makan di warung kecil yang sederhana. Bukan hanya mie-nya yang nikmat, suasana ngobrol dan gaya hidup mas Saat menambah nikmatnya makan siang ketika itu. Bersama mas Saat saya menghabiskan 3 mangkuk mie ongklok.
Ketika saya pamitan hendak menuju Purworejo, mas Saat berkata, “Nanti mas Jamil lewat pasar Kertek, di sebelah kiri ada toko busana Merah Putih, itu usaha keluarga saya. Silahkan kalau mau mampir.”
Sayang saya tidak sempat mampir karena harus buru-buru ke acara lain di Purworejo. Namun saya sempat melewati toko busana yang ternyata sangat besar.
Melihat toko yang besar itu saya berkomentar, “Wih, pasti omzetnya ratusan juta setiap bulannya.” Komentar saya tersebut diaminkan oleh orang yang ditugaskan mengantakan saya ke Purworejo.
Mas Saat telah mengajarkan kepada saya bahwa hidup sederhana itu ternyata membahagiakan. Rasa kagumku semakin menjadi kepada sahabatku yang bersahaja ini.
Seharusnya, batin saya, lelaki yang punya hutang Rp40 juta tadi meniru gaya hidup Insinyur yang bernama lengkap Saat Suharto Amjad ini.
Salam SuksesMulia!
Keterangan foto:
Ir. Saat Suharto Amjad, CEO PT Permodalan BMT Ventura, pemiliki BMT Tamzis, Wonosobo.
Source : Klik Aja!

Guru Kehidupan


Guru kehidupan tidak harus orang yang membagikan ilmu di depan kelas atau memberi suri tauladan. Guru kehidupan juga bisa orang yang menghina dan merendahkan kita. Keluarga kami punya seorang guru kehidupan. Ia (dulunya) orang  kaya di kampung kami.

Bagaimana ia menjadi guru kehidupan kami? Akan saya ceritakan disini…
Tahun 1987 saya mendapat undangan kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) tanpa tes. Di dalam surat undangan itu disebutkan salah satu persyaratannya adalah membawa uang pendaftaran sebesar Rp 150.000. Bapak saya lalu mengajak saya ke rumah orang kaya di kampung untuk meminjam uang.
Setelah ngobrol berbagai hal sampailah ke pokok pembicaraan. Bapak saya membukanya dengan mengatakan, “Alhamdulillah pak, Jamil diterima kuliah di IPB, ini surat undangannya. Dalam surat undangan ini Jamil harus membawa uang seratus lima puluh ribu, tolong pinjami kami uang tiga ratus ribu.”
Tanpa diduga orang yang kaya di kampung saya tersebut berdiri. Kata-kata ejekan, hinaan dan kotor keluar dari mulutnya. Ia menghina bapak saya. Mendengar bapak saya dihina dan dicaci saya hanya menangis. Ketika saya sedang menangis, tiba-tiba bapak saya memukul meja kemudian berdiri sambil berkata keras, “Bapak jangan sombong, jangan mentang-mentang kaya, menghina orang seenaknya. Saya memang miskin di sini, tapi perlu bapak ketahui, tanah saya masih luas. Permisi!”
Kami pun pulang dengan berboncengan naik sepeda. Di tengah perjalanan saya bertanya, “Tadi bapak bilang tanah kita luas, tanah yang mana?” Dengan tetap mengayuh sepeda bapak saya menjawab, “Itu pulau Jawa.” Mendengar jawaban itu, saya pukul-pukul punggung bapak saya sambil berkata, “Kenapa bapak bohong, saya gak suka bapak bohong, saya gak suka. Dulu bapak pernah memukul saya karena saya berbohong, tapi kenapa hari ini bapak bohong?”
Bapak saya menghentikan genjotan sepedanya dan turun dari sepeda kemudian memeluk saya. Sambil memeluk erat-erat beliau berkata, “Mil, baru kali ini bapak dihina di depan anak bapak. Bapak malu, mil. Bapak harus menjaga harga diri keluarga. Kamu harus jadi Insinyur Pertanian, mil.” Pelukan itu adalah pelukan bapak yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidup saya.
Belasan tahun berlalu, suatu saat saya kembali ke kampung. Saya diajak ke kebun karet milik bapak. Sesampainya di kebun, bapak menunjuk seseorang sambil berkata, “Masih ingat orang itu?” Tentu saya mengenalinya, karena orang itu adalah yang orang menghina kami belasan tahun yang lalu. Kata bapak saya, “Itulah guru kehidupan kita, tanpa dia kamu tidak akan jadi Insinyur Pertanian. Jadi, walaupun dia sekarang buruh bapak, kamu tidak boleh menghinanya.”
Ya, guru kehidupan itu telah jatuh miskin akibat berbagai problema kehidupan yang dihadapinya. Namun demikian, sampai kapanpun kami tetap menghormatinya. Karena dialah guru kehidupan kami.
Salam SuksesMulia!
Source : Klik Aja!

Fokus itu 80:20


Menurut Anda apa persamaan B.J. Habibie, Muhammad Ali, Bill Gates, Michael Jordan, Ebiet. G Ade? Bisa jadi Anda bingung menjawabnya, mungkin sebagian Anda menjawab, “Sama-sama lelaki!” —kalau saya menjawab, “Sama-sama gak kenal Anda, he..he..he..”

Mengapa Anda bingung? Karena mereka memiliki profesi berbeda: B.J Habibie ahli rekayasa pesawat terbang yang pernah jadi Presiden RI. Muhammad Ali petinju legendaris. Bill Gates terkenal karena Microsoftnya. Michael Jordan terkenal karena kepiawaiannya dalam bermain basket. Sementara itu,  Ebiet G Ade kondang karena lagu-lagu khasnya.
Namun, walaupun mereka berangkat dari profesi yang berbeda, menurut saya, persamaan mereka adalah karena fokus pada satu profesi yang dipilihnya dan kemudian ditekuninya. Coba Anda bayangkan B.J Habibie bermain tinju. Muhammad Ali membuat program komputer. Ebiet G. Ade main basket di NBA. Intinya, mereka sama-sama fokus pada satu profesi yang ditekuninya. Fokus, atau dalam bahasa Inggris FOCUS adalah singkatan dari Follow One Course Until Success (mengikuti satu keahlian sampai sukses).
Fokus itu bukan berarti mengabaikan yang lain. Fokus itu menggunakan rumus 80:20. Apa artinya? 80% energi kita fokuskan pada pilihan profesi kita, 20% sisanya kita gunakan untuk yang lain. B.J. Habibie sekali-kali tentu boleh main basket, di lain waktu juga bisa menyanyikan lagunya Ebiet. Tetapi waktu yang dihabiskan terbanyak pastilah di bidang pesawat terbang.
Masalahnya, Anda tidak bisa menentukan komposisi 80:20 ini sebelum Anda sendiri menentukan apa profesi Anda? Apa keahlian Anda? Atau, dengan kata lain Anda sebenarnya ingin dikenal sebagai ahli apa?
Bila Anda tidak menentukan mulai sekarang dan Anda menjadi kutu loncat yang selalu berpindah profesi saya khawatir Anda akan menyesal di masa tua, mendekati pensiun bingung karena Anda tidak punya keahlian apapun. Kata orang tua dulu, “Bila kamu ingin mendapatkan banyak hal maka kamu tidak akan mendapatkan apa-apa.”
So, Insan SuksesMulia pilihlah profesi yang akan Anda tekuni kemudian fokuslah pada profesi itu dengan porsi 80:20. Saya yakin Anda akan menjadi seseorang yang makin tua nilai Anda makin mahal.
Salam SuksesMulia!
Bila manfaat silahkan tulisan ini dishare ke teman-teman Anda.
Source : Klik Aja!

Lihatlah Isinya Bukan Wadahnya


Saya dapat kiriman cerita dari teman saya tentang kisah seorang penasehat kerajaan yang sangat disegani.  Penasehat ini buruk rupa dan bongkok, namun kata-katanya sangat didengar oleh raja.   Melihat fakta ini, putri sang raja heran dan iri.  Suatu saat  sang putri mengejek dan bertanya kepada penasehat ini, “Jika engkau bijaksana, beritahu aku mengapa Tuhan menyimpan kebijaksanaan-Nya dalam diri orang yang buruk rupa dan bongkok?”

Penasehat itu balik bertanya, “Apakah ayahmu mempunyai anggur?” Sang putri langsung menjawab, “Semua orang tahu ayahku mempunyai anggur terbaik, pertanyaan bodoh macam itu?”
Sang penasehat kemudian bertanya lagi, “Dimana ia meletakkannya?” Dengan cepat sang putri menjawab, “Yang pasti di dalam bejana tanah liat.”  Mendengar itu, sang penasehat tertawa sambil berkata, “Seorang raja yang kaya akan emas dan perak seperti ayahmu menggunakan  bejana tanah liat?”
Mendengar itu putri raja berlalu meninggalkannya dengan rasa malu.  Ia segera memerintahkan pelayan memindahkan semua anggur yang ada di dalam bejana tanah liat ke dalam bejana yang terbuat dari emas dan perak.  Suatu hari sang raja mengadakan jamuan bagi para tamu kerajaan.  Alangkah terkejutnya raja karena anggur yang diminumnya rasanya sangat masam.  Akhirnya ia memanggil semua pelayan istana dan tahulah sang raja bahwa itu adalah ulah putrinya.
Putri raja berkata kepada penasehat kerajaan, “Mengapa engkau menipuku? Aku memindahkan semua anggur ke dalam bejana emas tapi hasilnya semua anggur terasa asam.” Dengan tenang penasehat kerajaan menjawab, “Sekarang engkau tahu mengapa Tuhan lebih suka menempatkan kebijaksanaan dalam wadah yang sederhana.”
Jadi, insan suksesmulia,  jangan pernah tertipu wadah atau penampilan seseorang.  Orang yang berpenampilan necis dan klimis jangan-jangan memiliki utang kartu kredit yang besar.  Sementara orang yang sederhana dan biasa ternyata justru sudah memiliki kebebasan finansial dan tidak terlilit hutang.  Oleh karena itu, biasakanlah melihat isinya bukan wadahnya.  Jadilah orang yang rendah hati, sederhana dan bersahaja.
Bila cerita ini bermanfaat, silahkan dishare sebanyak-banyaknya Terima kasih
Mau ngobrol di twitter? Follow saya di @jamilazzaini
Salam SuksesMulia!
Source : Klik Aja!

Kendalikanlah Hidup Anda


Freedom and slavery are mental state. Kebebasan dan perbudakan adalah sebuah kondisi mental. Sebuah kalimat bijak yang diucapkan oleh Mahatma Gandhi. Kurang lebih kalimat ini menyiratkan sebuah arti, apakah Anda adalah seseorang yang memiliki kebebasan untuk memilih dan menjalani hidup Anda? Atau, Anda adalah seseorang yang merasa seperti budak yang tidak punya pilihan, dan hidupnya selalu diatur oleh hal lain di luar dirinya?
Insan SuksesMulia, salah seorang anak buah saya di kantor menyampaikan kesalutannya pada seorang tokoh bernama Sriyono. Anda kenal dia? Kalau Anda tidak kenal, bagaimana kalau saya tambahkan kata kuncinya. Sriyono adalah penjaja Siomay Yo Pink yang kerap ngider di jalan-jalan Jakarta. Mulai dari kawasan Gandaria setiap harinya, hingga kawasan Sudirman Jakarta pada hari-hari car free day.
Sriyono mampu menghadirkan sesuatu yang unik, berbeda, dan lain daripada yang lain. Bayangkan, ia menjajakan siomaynya dengan  mengenakan kaos dan celana pedek warna pink, topi pink, jam tangan pink, sepeda, panci dan bahkan rak kayu tambahan yang juga dicat warna pink. Sebagai tambahan, di keranjang depan sepeda berwarna pink, Sriyono tak lupa meletakkan boneka teddy bear yang lagi-lagi warnanya adalah pink!
Tetapi yang membuat anak buah saya salut adalah, Sriyono adalah sosok yang hidupnya boleh jadi dikatakan mondar-mandir jatuh dan bangun di level ekstrem. Karir-sukses-bangkrut berulang-ulang. Ia tidak membiarkan dirinya didikte dan diperbudak keadaan. Ia justru terus memperjuangkan keadaan yang diinginkannya.
Ya, Sriyono ini memulai karirnya dimulai dengan menjadi pemuda miskin yang mengadu nasib ke Jakarta. Pendek kata, ia kemudian berhasil memutar balik nasibnya dengan menjadi pengusaha siomay di seputar Senayan dengan pendapatan 2 milliar rupiah setahun pada 1996. Bisnisnya bahkan semakin besar pada saat krisis 1998 terjadi.
Lalu pada 1999, permasalahan keluarga membuatnya bangkrut hingga satu titik dimana ia kehilangan segalanya. Kini, ia kembali bangkit dengan gebrakan Siomay Yo Pink-nya. Sriyono tidak mau menjadi “budak” yang hidupnya ditentukan oleh keadaaan. Ia memilih menentukan hidupnya. Dirinyalah yang “memperbudak” keadaan, dirinyalah yang mengatur lingkungan dan keadaan. Jadilah kini usaha Sriyono terus berkembang.
Nah, bagaimana dengan kehidupan Anda? Apakah Anda membiarkan diri Anda bermental freedom atau bermental budak?
Salam SuksesMulia!
Source : Klik Aja!